Infeksi virus menimbulkan kerusakan seluler atas sel target secara: 1. Sitopatik atau sitolisis, 2. Onkogenik. Dampak sitopatik replikasi secara cepat partikel virus intrasel yang mengganggu metabolisme sel menimbulkan jejas pada sel secara langsung. Mekanisme tidak langsung dapat terjadi melalui induksi respon imonologik terhadap virus dan kerusakan sel dapat disebabkan reaksi antigen-antibody atau melalui mediator.
Virus sitopatik pada umumnya mempunyai target sel spesifik (viral trapism) yang mempunyai reseptor, yang berinteraksi dengan struktur spesifik virus, sehingga virus menempel sel target dan selanjutnya menimbulkan mekanisme perusakan setelah berhasil masuk ke dalam sel sesuai virulensinya. Virus piolemielitis, adenovirus, influenza, mempunyai polipeptida, spesifik dalam interaksinya.
Cara masuk virus setelah proses penempelan pada permukaan sel target dapat tanpa/dengan kapsulnya (viral envelope). Virus tanpa kapsul masuk ke dalam sel dengan cara fagosistosis virion untuh, sedangkan yang berkumpul melalui proses fusi antara kapsul virus dengan membran plasma sel target/host. Replikasi virus inrasel sangat cepat, respon seluler bervariasi tergantung pada agen virus spesifik dan spesies sel host. Lisis sel terjadi akibat depresi hebat aktifitas metabolisme seluler akibat replikasi yang eksplosif, yang menyita seluruh aktifitas biomolekuler sel dimana virus berhasil memasukinya untuk berkembang biak. Beberapa virus mampumengubah sintesis makromolekuler, misalnya pada poliomielitis, virus polio menghambat kompleks aktif yang menginisiasi sintesis protein. virus cacr air (virus pox) dan reovirus (virus enterik atau respiratorik), menyebabkan perubahan sitoskeletal seperti kerusakan baik filamen intermedit vimentin, maupun mikrotubulus.
Virus morbili, virus herpes, dapat membentuk reaksi sel datia akibat dari beberapa fusi beberapa sel. Ini merupakan manifestasi adanya baik pemenuhan kebutuhan glikoprotein virus yang terinsersi (latin: insertio; in=dalam, serere= bergabung) dalam pembentukan membran maupun dampak yang ditimbulkan pada sitokeletal. sedangkan jisim inklusi (inclusion bodies) intranukleus atau intrasitoplasma, yang ditemukan dlam sel neuron atau ganglion susunan saraf dan sel organ lain (sel hati, dll), sering merupkan petanda adanya infeksi virus rabies, morbili, herpes, atau cacar air, disertai tersisanya partikel virus bersama materi fibriler dan/atau membran sel. imortalitas sel terinfeksi virus disertai replikasi tidak terkontrol, terjadi pada infeksi virus onkogenik.
Daftar Pustaka
Pringgoutomo, Sudarto., dkk. Buku Ajar Patologi I (umum). Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto. 2006. hal 29-30