Assalamu'alaikum...
Ada kabar gembira,,,, bagi sobat-sobat semua yang ingin memesan buku bahasa arab seperti kitab tasawuf, fiqih, hadits, tafsir, filsafat, qonun, kedokteran, geografi, sejarah dll, silahkan pesan sekarang, tinggal buka saja link ini: Toko Buku Online - Buku Bahasa Arab Terlengkap..!!!

Selasa, 20 Desember 2011

Benarkah Facebook Dapat Memicu Gangguan Psikologis Pada Remaja???

Ide menulis ini tertuang akibat tingkah keburukan saya yang di bahas pas PBL kasus "Remaja Kabur Dari Rumah" isi kasus tersebut hampir mirip dengan apa yang selama ini saya alami. Awalnya begitu amat senang ketika memulai PBL baru dengan materi yang baru. Tapi sayang ketika PBL itu berjalan semua anak2 malah bukannya diskusi mereka juga sambil mengejek ku seakan aku ini orag gila yang kuliah di fakultas kedokteran T.T ya tuhaaaaaaaaaaaaaaaaaaan aku bad mood sekali pas itu,,,, udah ah jangan panjang2 sekarang kita shering saja sesuai judul yukkkk

Makin banyaknya riset mengenai efek sosial media terhadap interaksi antarmanusia telah mengungkapkan adanya perkembangan perilaku antisosial, narsisme dan karakter merusak lainnya.
Pengguna internet seperti kecanduan akan Facebook. Menurut data yang dirilis SocialHype dan OnlineSchools.org pada akhir 2010 lalu, setidaknya 71 persen pengguna internet aktif di Facebook. Sekitar 48 persen pengguna kelompok usia 18-34 tahun mengecek Facebook saat bangun tidur, dan 28 persen mengecek lewat ponsel pintar sat akan tidur.
Jumlah “like” pada 2010 meningkat hingg 1131,9 persen dan 57 persen orang mengaku lebih banyak berbicara di dunia maya daripada di dunia nyata.
Menurut studi terbaru yang dilakukan profesor psikologi di California State University, Larry Rosen, kecanduan semacam ini akan menimbulkan gangguan psikologis pada remaja.
Dalam presentasinya yang berjudul “Poke Me: How Social Network Can Both Help and Harm Our Kids”, Rosen berbicara mengenai hasil penemuannya  di  Konfensi tahunan Asosiasi Psikologis Amerika yang berdasarkan sejumlah survei berbasis komputer ke 1000 remaja perkotaan dan juga observasi selama 15 menit pada 300 anak saat belajar.
Beberapa efek negatif yang disampaikan Rosen adalah:
  • Berkembangnya sifat narsis pada remaja yang sering menggunakan Facebook
  • Adanya gangguang psikologis yang berujung pada perilaku antisosial, mania dan kecenderungan melakukan kekerasan
  • Sering absen di sekolah karena mengalami penyakit sakit perut, gangguan tidur, depresi pada remaja yang kecanduan menggunakan banyak perangkat teknologi dan fitur di dalamnya, termasuk Facebook dan video game.
  • Nilai yang didapatkan remaja seperti ini cenderung lebih rendah dibandingkan teman sekelasnya di sekolah menengah dan menengah atas. Ini terjadi pada remaja yang mengecek Facebook   k15 menit sekali.
  • Mereka juga mempunyai minat membaca yang kurang dibandingkan teman sebayanya.
Tentu saja tidak semua bersifat negatif, ada satu hal menarik temuan Rosen: apa yang dia sebut simpati virtual. Menurut Rosen, simpati biasaya berupa aktifitas afeksi yang ditunjukkan seseorang secara langsung seperti memeluk, ekspresi wajah dan kata-kata yang menghibur.
Para remaja yang kecanduan ini ternyata bisa mengembangkan simpati virtual di Facebook dan teman-teman Facebooknya juga merespon dengan positif. Perilaku seperti ini dapat terbawa dalam kehidupan sehari-hari si remaja dan dampaknya positif.


Kamis, 08 Desember 2011

ASFIKSIA NEONATORUM

Hy semua,,,,,malam,,,, kini aku mau sedikit sherring ilmu dengan kalian tentang refratku yang berjudul "Asfiksia Neonatorum", mohon bantuan temen2 buat koreksi kalo ada yg salah2. ini sebagian rangukan catatannya.

Neonatus adalah bayi baru lahir dari rahim seorang ibu dengan kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu melalui persalinan normal dengan berat badan 2500 – 4000 gram tanpa cacat bawaan. (Ruslam mochtar 1998)
Neonatus merupakan masa transisi di dalam kandungan ke kehidupan di luar  kandungan. Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Janin meninggalkan lingkungan dalam kandungan yang selama ini sepenuhnya memelihara kebutuhan hidup seperti oksigenasi, nutrisi, ekskresi dan termoregulasi. (Manuaba, 1998; IDAI, 2002)
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi pada khususnya neonates sebesar 10 juta jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99% (Manuaba, 1998).
Kesehatan bayi cenderung kurang mendapat perhatian di bandingkan  umur-umur lainnya. Padahal data WHO (2002) menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan “fenomena 2/3”, yaitu 2/3 kematian bayi (umur 0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal (bayi baru lahir umur 0-28 hari), 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama. Maka 1 minggu pertama dari kelahiran adalah masa paling kritis bagi seorang bayi. (Komalasari, 2007).
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Asfiksia neonatorum, adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, merupakan salah satu masalah yang terjadi akibat kegagalan seorang bayi untuk beradaptasi.
Menurut NCHS, pada tahun 2002, asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup di Amerika Serikat. Di dunia, lebih dari 1 juta bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum. sedangkan menurut data WHO (World Health Organization), setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir satu juta bayi ini meninggal (Dinkes Lampung, 2006), survei WHO tahun 2002 dan 2004 kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia sebesar (27%) (Warouw, 2006). Di Indonesia, menurut SUSENAS tahun 2001, salah satu penyebab kematian utama pada periode neonatal (bayi umur <28 hari) adalah asfiksia lahir, yaitu sebesar 27 %. Angka kejadian asfiksia neonatorum di Indonesia belum dilaporkan secara pasti. Menurut hasil riset Departemen Kesehatan RI tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan (respiratory disorders) (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%). Setiap 5 menit terdapat satu neonatus yang meninggal. (Depkes RI, 2007).
 DEFINISI
 
Dibawah ini beberapa sumber yang mendefinisikan asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut:
1.             Asfiksia neonatorium adalah keadaan bayi lahir yang tidak dapat berapas secara spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan PaO2 di dalam darah (hipoksemia), hiperkapnea (PaCO2 meningkat) dan asidosis. (Sarwono Prawirohardjo, 1992; Aziz Alimul, 2007; Martono Tri Utomo, 2008).
2.             Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. (IDAI)
3.             Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (WHO)
4.             Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan, tidak teratur dan tidak adekuat segera setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi organ vital lainnya. (A.H Markum, 2002)
5.             Asfiksia dimanifestasikan dengan disfungsi multiorgan, kejang dan ensefalopati hipoksik-iskemik, dan asidosis metabolik. Bayi yang mengalami episode hipoksia dan iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan utama. (DEPKES, 2008)
6.             Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut: (ACOG dan AAP)
(a)           Nilai Apgar menit kelima 0-3
(b)          Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
(c)           Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)
(d)          Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal)
Selengkapnya dapat unduh di ling di bawah ini :