Assalamu'alaikum...
Ada kabar gembira,,,, bagi sobat-sobat semua yang ingin memesan buku bahasa arab seperti kitab tasawuf, fiqih, hadits, tafsir, filsafat, qonun, kedokteran, geografi, sejarah dll, silahkan pesan sekarang, tinggal buka saja link ini: Toko Buku Online - Buku Bahasa Arab Terlengkap..!!!

Senin, 14 Maret 2011

Candidas dan penatalaksanaannya

species candidas yang biasa menyerang manusia adalah:
1. Candida albicans,
2. Candida (Torulopsis)glabrata,
3. Candida parapsilosis,
4. Candida tropicalis,
5. Candida krusei,
6. Candida kefyr,
7. Candida guilliermondii,
8. Candida lusitaniae,
9. Candida stellatoidea, dan
10.Candida dubliniensis.

ABSTRAK
Kandidiasis oral adalah infeksi pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh Candida, paling sering disebabkan oleh Candida Albicans dan juga merupakan fungi yang paling sering ditemukan menginfeksi tubuh manusia. Kandidiasis oral dapat juga disebabkan oleh non Candida albicans Candida (NCAC) , dimana mempunyai manifestasi klinis yang sama, yang membedakan hanya sifat invasif masing-masing dan respon terhadap obat-obat anti fungi. C. tropicalis merupakan spesies NCAC yang mempunyai virulensi paling tinggi karena mempunyai kemampuan perlekatan pada sel-sel epitelial secara invitro dan mensekresi proteinase dalam level sedang. Candida tropicalis juga merupakan spesies Candida nomor dua yang paling sering dijumpai koloninya pada manusia. Penelitian melaporkan C.tropicalis sebagai penyebab kandidiasis oral dapat diidentifikasi 16% pada pasien rawat inap, yang dipicu karena adanya tekanan dari penggunaan obat-obat anti fungi khusus ataupun akibat penggunaan antibiotika sistemik. Laporan kasus ini membahas terjadinya kandidiasis oral pada penderita pria dewasa dengan median rhomboid glositis karena pemakaian antibiotik spektrum luas serta kortikosteroid topikal dengan dosis yang tidak tepat. Dengan pemeriksaan mikologi indirek didapatkan infeksi C. tropicalis. Penatalaksanaan kandidiasis oral ini yang pertama adalah mengeliminasi faktor predisposisi, optimalisasi oral hiegiene serta pemberian terapi obat kumur Chlorhexidine gluconate 0,25 % akan memberikan prognosa yang baik.

ABSTRACT
Oral candidiasis is oral mucosal infectious caused by Candida albicans or non-candida albicans candida (NCAC). Each Candida species infection have same clinical manifestation, the different only invasive nature and antifungi response. C. tropicalis is most virulence NCAC because the most adherence ability to epithelial cells in vitro as well as medium level proteinase secretion. In addition, C. topicalis is the second most common colony on human. A study reported of C. tropicalis as causa of 16 % hospitalized oral candidiasis, anti fungal drugs and systemic antibioitika was known as trigger factors. This
paper report and discuss oral candidiasis due to C.tropicalis in patient, adult male, with median rhomboid glossitis. The patient also used broad spectrum antibiotic and topical corticosteroid with imprecise dose.The management of this case was terminated antibiotic and corticosteroid, oral hygiene optimalization and was given 0,25% Chlorhexidine gluconate. However, oral hygiene optimalization, predisposition factors elimination, and, precise therapy would give a good prognosis.

Keywords: Kandidiasis oral, Candida tropicalis, Median rhomboid glossitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberg, M; Glick, M; Burkets Oral Medicine Diagnosis & Treatment 10th; BC
Decker Inc; New jersey, 2003; p:547-550; 63-65
2. Meurman,J; Siikala1,E Richardson, M; Rautemaa; Non-Candida albicans Candida
yeasts of the oral cavity; Communicating Current Research and Educational
Topics and Trends in Applied Microbiology; A. Méndez-Vilas (Ed.); 2007; p:
719-731
3. Akpan, A Morgan, R; Oral candidiasis; Postgrad Med J 2002;78:455–459
4. Duffalo, Melody L, , PharmD ; Fungal Opportunistic Infections in HIV Disease
Journal OF Pharmacy Practice 2006(19.1)p: 18-30
5. Kauffman, Carol A; Fungal Infections; Proceeding of the American Thoracic
Society (3); 2006; p: 35-40
6. Dismukes, W; Pappas, P; Sobel, J; Clinical Mycology; Oxford University
Press, Inc; 2003;p: 143-150
7. Shaheen; Taha; Species Identification of Candida Isolates Obtained from Oral
Lesions of hospitalized and non hospitalized patients with oral candidiasis;
Egyptian Dermatology Online Journal; 2 (1); 2006; p: 1-13
8. Dassanayake, RS; Samaranayake, YH; DNA Fingerprinting Elicited Evolutionary
trend of Candida Tropicalis Isolates from Diverse Geographic Locales; Indian
Journal of Medical Microbiology; 24 (3); 2006; p: 186-194
9. Regezi,J; Sciubba, J;Jordan,R; Oral Pathology; Sunders, St Louis;
2008:p100-104; 34-35
10. Abdolhossein Moghbel, Abdolazim Ghalambo, Shahram Allipanah; Wound Healing
and Toxicity Evaluation of Aloe vera Cream on Outpatients with Second
Degree Burns; Iranian Journal of Pharmaceutical Sciences Summer ; 3(3)
2007;p:157-160
11. Subramanian; Kumar,S; Arulselvan; Wound Healing Potential of Aloe Vera Leaf
Gel Studied in Experimental Rabbit; Asian Journal of Biochemistry; 1 (2);
2006; p: 178-175
12. Hamman, Josias H; Composition and Applications of Aloe vera Leaf Gel;
Molecules 2008, 13; p: 1599-1616
13. Samaranayake, L; Essential Microbiology for dentistry; Churrchill Livington;
2006; 177-184
14. Field, Anne; Longman, Lesley; Teldesley’s Oral Medicine; Oxford; Liverpool;
2004;p: 47-40
15. Bagg, Jeremy; MacFarlane, T. Wallace; Poxton, Ian R.; Smith, Andrew J.;
Bagg, Simon; Essentials of Microbiology for Dental Students, 2nd Edition;
Oxford University Press; 2006; p:274-280
16. McDonnell, G; Russell, D; Antiseptics and Disinfectants: Activity, Action,
and Resistance; Clinical Microbiology Reviews; Jan. 1999, p: 147–179
17. Suci, P; Tyler, B; Actions of Chlorhrxidine Digluconate against Yeast and
Filametous Forms in an Early-Stage Candida albicans Biofilm; Antimicrobial
Agents and Chemotheraphy; 46 (11); 2002; p: 3522-3531
18. agiela, John; Dowd, Frank; Neidle; Pharmacology and Therapeutics for
Dentistry; Westline Industrial Drive St Louis Missouri; 2004; p: 749-750
19. Barchiesi, F; Maracci, M; Baldassarri, I; Tolerance to amphotericin B in
clinical isolates of Candida tropicalis; Diagnostic Microbiology and
Infectious Disease 50 ; 2004; p: 179–185
20. Haynes, K; Virulence in Candida species; TRENDS in Microbiology;9 (12);
2001; p: 591-596
21. Jainkittivong, Aree BSc, DDS, MSa, Kuvatanasuchati, , Jintakorn DDS, MSb,
Pipattanagovit, Patchara DDS, MSc; Sinheng Wanpen, BScd; Candida in oral
lichen planus patients undergoing topical steroid therapy; Oral Surg Oral
Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2007;104:p61-6
22. Wolff, K; Goldsmith, LA.; Katz, SI.; Gilchrest, BA.; Paller, A; Leffell, D
J.;Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 7th Edition;
McGraw-Hill; 2008; p:1-13
23. Anaissie, JE; McGinnis, MR; Pfaller; MA; Clinical Mycology; Churchill
Livingstone; 2003; p: 212-217
24. Fisher,F; Cook,N; Fundamental of Diagnostic Mycology; Saunders; 1998; P:
211-212
25. Webster, Weber; Introductions to Fungi; Cambriege University; 2007; p:
440-445
26. Crocco, E; Identification of Candida species and antifungal susceptibility
in vitro: a study on 100 patients with superficial candidiasis; An bras
Dermatol, Rio de Janeiro, 79(6), 2004 p:689-697

http://canelukisari.blogspot.com/2010/04/penatalaksanaan-kandidiasis-oral-karena_01.html

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1.

Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.

HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada 25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esofagus.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan nyeri otot.
Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk jika gejalanya khas dan pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.
Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.

Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis herpes genitalis.

Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.

Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata).
Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).

Kejadian penyakit ini sangat cepat akhir-akhir ini. Penyakit ini tak dapat diberantas secara tuntas dan sering kumat-kumatan, dan dapat menimbulkan komplikasi pada saat hamil dan persalinan. Herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2.

* tipe 1 : keganasan rendah, menyerang terutama sekitar mulut
* tipe 2 : ganas, menyerang alat kelamin
* penyebab : virus Herpes Simpleks
* perantara : manusia, bahan yang tercemar virus
* tempat virus keluar : penis, vagina, anus, mulut
* cara penularan : kontak langsung
* tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut

Pada wanita penyakit ini biasanya tanpa gejala, tapi dapat menularkan penyakit. Penularan hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual. masa inkubasi 3-5 hari, kemudian pada daerah kemaluan timbul gerombolan vesikel, di atas kulit kemerahan dan dirasakan nyeri, bila pecah meninggalkan bekas. Sering disertai pembesaran kelenjar yang nyeri. Penyakit sembuh dalam 2-3 minggu. Penyakit sering kumat, timbul pada tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala infeksi pertama. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan biasanya adalah kelelahan fisik dan stress mental, atau infeksi sistemik lainnya. Hubungan seksual yang berlebihan dengan banyak pasangan meningkatkan kemungkinan berhubungan dengan orang yang sudah kena. Komplikasi pada wanita hamil dapat ditularkan melalui ari-ari atau pada saat melahirkan, dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau cacad permanen. Di samping itu, dapat pula menyebabkan kanker serviks.

Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng.

Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.

Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.

Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.

Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.

Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit.
HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut.
Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.

Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.(6,15)
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut : (1,4,6,12)
- Nyeri dan disuria
- Uretral dan vaginal discharge
- Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
- Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
- Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda :
- Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat infeksi.
- Limfadenopati inguinal
- Faringitis
- Cervisitis
a. Herpes genital primer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.(1)
b. Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks(1,4,12)
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi :
Infeksi primer ? stadium laten ? replikasi virus ? stadium rekuren. (9)
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi. (3,5)
Berbagai macam manifestasi klinis:(5,7)
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes neonatal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut.

A. Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk vesikel.(1)
B. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )

Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:
1. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
2. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.

C. Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila diambil dari lesi ulkus atau krusta. Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses sampel. Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam.

DIAGNOSIS

Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2. diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.(1,11,12)
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain, termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan. Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital

PENGOBATAN

* Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
* Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
* Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.’
* Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
- menjaga kebersihan lokal
- menghindari trauma atau faktor pencetus.
* Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.(14)
* Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah 12)
- Asiklovir (Zovirus)
- Famsiklovir
- Valasiklovir (Valtres)
* Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.(4,5)
* Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
* Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari.
Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.
* Herpes genitalis adalah kondisi umum terjadi yang dapat membuat penderitanya tertekan. Pada penelitian in vitro serta penelitian in vivo, povidone iodine terbukti merupakan agen efektif melawan virus tersebut, mendapatkan hasil memuaskan secara klinis dari povidone iodine dalam larutan aqua untuk mengobati herpes genital.
* CDC (Center For Disease Control and Prevention), merekomendasikan penanganan supresif bagi herpes genital untuk orang yang mengalami enam kali atau lebih outbreak per tahun.
* Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria bila pada saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidak dianjurkan.
* Sejauh ini pilihan sectio caesaria itu cukup tinggi dan studi yang dilakukan menggarisbawahi apakah penggunaan antiviral rutin efektif menurunkan herpes genital yang subklinis, namun

KOMPLIKASI

* Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-
* Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.

PENCEGAHAN

* Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.

Pencegahan

* Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
* Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
* Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
* Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
* Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan.

Rabu, 02 Maret 2011

ceklish Hitung Jumlah Leukosit

1. mencari kotak sedang di pojok ujung bilik dengan mikroskop
2. hisap darah dengan pipet leukosit sampai angka 1 atau 0,5
3. hapus darah yang melekat pada ujung pipet
4. menghisap larutan Turk sampai angka 1 menggunakan ujung pipet
5. Gosok secara horizontal
6. Buang 3 tetes pertama
7. Tuang dalam bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup
8. Lakukan perhitungan sel leukosit dengan pembesaran objektif 10X atau 40X
9. Melaporkan hasil hitung jumlah leukosit

Selasa, 01 Maret 2011

celish PK Laju Endap Darah (LED)

1. 2 ml darah EDTA+0,5 ml Natrium Sitrat 3,8%
2. Hisap darah menggunakan tabung Westergreen sampai angka 0 (Nol)
3. letakkan tabung tegak lurus di rak tabung wertergreen

Ceklish Pemasangan Infus

1. berikan salam, panggil klien dengan sopan
2. cek program terapi cairan/review keputusan pemberian terapi cairan
3. jelaskan tujuan dan prosedur tindakannya
4. berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
5. cuci tangan
6. siapkan alat-alat
7. letakkan pasien pada posisi semifowler atau supine jika tidak memungkinkan
8. bebaskan lengan pasien dari lengan baju/kemeja
9. letakkan manset 5-15 cm diatas tempat tusukan
10. letakkan alas plastik dibawah lengan klien
11. hubungkan cairan infus dengan infu set dan gantungkan
12. alirkan cairan infus melalui selang infusmsehingga tidak ada udara di dalamnya.
13. kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan pertahankan kesterilannya
14. pakai handscoon
15. kencangkan tornikuet/manset tensi meter (sampai dibawah tekanan sistol)
16. anjurkan pasien untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk
17. lakukan desinfeksi di lokasi tusukan menggunakan alkohol kemudian dilanjutkan dengan menggunakan larutan betadine dengan cara memutar keluar
18. gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tusukan
19. lakukan penusukan dengan poisisi jarum 30 derajat terhadap vena
20. pastikan jarum telah mengenai vena
21. rendahkan posisi jarum sejajar dengan kulit dan tarik jarum sedikit dan teruskan plastik iv catheter kedalam vena
22. tekan dengan ujung plastik iv catheter
23. tarik jarum infus keluar
24. sambungkan plastik iv catheter dengan ujung selang infus
25. lepaskan manset
26. buka klem infus sampai cairan mengalir lancar
27. oleskan dengan betadin diatas tempat penusukan, kemudian ditutup dengan kasa steril
28. fiksasi posisi plastik iv catheter dengan plester
29. atur tetesan infus sesuai ketentuan pasang stiker yang telah diberi tanggal pemasangan
30. evaluasi hasil kegiatan
31. bereskan alat-alat
32. cuci tangan.