Assalamu'alaikum...
Ada kabar gembira,,,, bagi sobat-sobat semua yang ingin memesan buku bahasa arab seperti kitab tasawuf, fiqih, hadits, tafsir, filsafat, qonun, kedokteran, geografi, sejarah dll, silahkan pesan sekarang, tinggal buka saja link ini: Toko Buku Online - Buku Bahasa Arab Terlengkap..!!!

Rabu, 22 Desember 2010

Laporan PBL Tuberculosis Paru

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit paru bukanlah penyakit yang baru di Indonesia. Terutama penyakit paru karena infeksi, seperti pada penyakit Tuberkulosis paru . Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat dikenal pada manusia, Penyakit tuberkulosis (TB paru) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Penyakit TB paru banyak menyerang kelompok usia kerja produktif, kebanyakan dari kelompok sosial ekonomi rendah dan berpendidikan rendah. Meningkatnya beberapa kasus yang dapat menurunkan daya tahan tubuh juga menyebabkan meningkatnya kembali penyakit TB (reemerging disease).

Dalam sekenario kali ini yaitu sekenario 2 PBL Blok 2 HPK 232, dimana di temukan seorang pria berusia 45 tahun, buruh pabrik rotan datang ke puskesmas karena batuk berdahak + 1 bulan. Berat badan pasien dirasakan menurun, selain itu pasien sering merasakan demam yang naik turun dan sering berkeringat malam. Pasien bekerja dibagian penghalusan rotan dan ada beberapa teman pasien yang sedang dalam pengobatan paru di puskesmas tersebut.

Pada pemeriksaan fisik indeks masa tubuhnya rendah, 17 kg/m2. Tanda vitalnya dalam batas normal. Tidak ada limfadenopati servikal. Dari auskultasi didapatkan ronki kasar pada lapangan paru atas, tengah dan bawah, tidak ada wheezing. Pada pemeriksaan jantung tidak ditemukan kelainan, tidak ada mur-mur atu gallop. Dari Hasil pemeriksaan dahak S ( positif 1 ) P ( positif 2 ) S ( negative ). Oleh dokter pasien diminta untuk rongent, namun pasien menolak karena tidak punya uang.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa bisa terjadi gejala-gejaladalam kasus PBL diatas?
2. Bagaimana penegakan diagnose dalam kasus tersebut?
3. Apa yang diderita pasien tersebut?
4. Bagaimana etiologinya?
5. Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis penyakit tersebut?
6. Bagaimana penatalaksanaannya?
7. Komplikasi apa sajakah yang kemungkinan terjadi?
8. Apa prognosisnya?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui patofisiologi gejala penyakit paru yang umum
2. Dapat mendiagnosa pasti suatu penyakit
3. Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi dan pathogenesis penyakit TB serta komplikasi dan prognosis yang kemungkinan akan terjadi
4. Mengetahui penatalaksanaan yang pasti dalam kasus TB

D. Manfaat Penulisan

1. Sebagai sarana pembelajaran diri mengenai suatu kasus paru
2. Sebagai laporan pertanggung jawaban tentang kasus yang pernah ditinggal ketika PBL
3. Sebagai sarana pembelajaran dalam pembuatan sebuah laporan karya tulis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. Batuk Berdahak

Batuk adalah sebuah refleks fisiologi untuk melindungi tubuh dari benda-benda asing yang masuk ke tenggorokan. Dalam jalan udara di tenggorokan ada banyak rambut getar yang terus bergerak dan berfungsi untuk menyapu bersih benda-benda asing yang masuk ke tenggorokan, tubuh akan berusaha mengeluarkannya dengan cara batuk. Tapi batuk juga bisa menjadi gejala dari sesuatu penyakit.

Batuk disebabkan oleh adanya peradangan pada lapisan lendir saluran pernapasan. Ada batuk berdahak akut karena infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus, misalnya tubercolosa, influenza, dan campak. Sedangkan batuk berdahak yang tidak disebabkan oleh infeksi, antara lain alergi, asma, atau pun debu. Sekadar diketahui, penyakit asma juga disertai batuk. Jika penderita asma terkena udara dingin, asma yang dideritanya akan kambuh. Dan itu biasanya disertai dengan batuk.

Selain itu, ada pula batuk berdahak yang tidak disebabkan oleh infeksi yaitu makanan yang merangsang tenggorokan. Ada pula karena kanker. Batuk karena orang sering merokok sulit diatasi hanya dengan obat batuk simtomatik. Batuk berdahak pada orang yang sakit disebabkan oleh adanya kalainan dalam tubuh terutama pada saluran napas atau bronkitis.

Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan diafragma.
Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi.
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :

Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.

Fase inspirasi

Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.

Fase kompresi

Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.

Fase ekspirasi/ ekspulsi

Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

b. BB Menurun

BB dibawah batas normal.

c. Demam Naik-turun

Suatu respon proses peradangan dimana suhu tubuh kadang meningkat diatas normal atau kadang pula suhu kembali dalam batas normal. Demam naik turun dipengaruhi oleh kecepatan difusi cairan dalam tubuh. Makin cepat difusi, maka suhu makin tinggi

d. Berkeringat Malam

Pengeluaran hasil metabolism tubuh di malam hari (prespiretion, diaphoresis, sudoresis) merupakan gejala yang sering terjadi pada TBC dan HIV.
Inflamasi  Transport gas antara paru dan jaringan menurun  dehidrasi  jumlah total Na+ dan Cl menurun penurunan volume CES  feedback hipotalamus anterior  vasodilatasi kulit & keringat di malam hari

e. Teman Dalam Pengobatan Paru

Sumber infeksi

f. IMB

Rasio antara masa kg/tinggi badan (m)2

g. Limfadenopati

Kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sbg tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi.

h. Ronki Kasar

Suara dengan nada rendah tidak terputus-putus karena adanya obstruksi parsial saluran pernafasan besar.

i. Wheezing

Wheezing merupakan suara napas tambahan yang bersifat continue, musical, nada tinggi, dan durasinya panjang. Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang mendatar atau menyempit/ hampir tertutup.

Wheezing secara umum disebabkan oleh obstruksi parsial atau penyempitan jalan napas. Wheezing yang terdengar menyeluruh di lapangan paru disebabkan oleh asma, bronkitis kronik, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), dan penyakit jantung kongestif. Pada asma, wheezing hanya terdengar pada ekspirasi atau di antara dua fase siklus napas. Wheezing yang terdengar hanya pada lokasi tertentu menandakan terdapat obstruksi parsial pada bronkus, misalnya benda asing atau tumor. Wheezing ini bisa terjadi pada saat inspirasi, ekspirasi, atau keduanya.

j. Murmur

Bunyi keras pada jantung akibat kelainan pada katup

k. Gallop

Bunyi yang timbul akibat gangguan pengisian ventrikel

l. SPS

Pemeriksaan sputum untuk mencurigai adanya BTA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar